
Mentari nan terbit dari ufuk timur
Alangkah indah anugerah IllahiRiyuh kicau burung seakan mengajakku bercengkrama
Tak kala aku menyibak tirai sendu kenangan masa lalu
Ingatanku ku putar kembali
Langkah yang kala itu sempat terhenti
Akibat jalan setapak yang menyesatkan hati
Aku mencoba lari dari kenyataan
Namun senyuman tulusnya menyadarkanku
Dia bagaikan pelita
Intan permata yang tak ternilai harganya
Nestapa kian beranjak saat ia disisi
Angin kegelisahan sirna kala ia menemani
Terurai indah kasih sayangnya
Alunkan simfoni syahdu dalam kalbu
Siapa dia…?!
Itu pasti yang kan kau tanya padaku
Saat kau anggap mustahil
Wanita lemah sepertiku mampu berdiri tegap di atas bara
Api kepalsuan yang kau buat memang panas
Ya kawan........
Aku memang tak sekokoh batu karang
Namun ketulusannya tak akan membiarkanku roboh diterjang gelombang
Genggaman tangan suci itu begitu erat
Dan seakan enggan terlepas dari tangan kecil ini
Itu pula yang membuat rasa ingin tahumu semakin menggelora
Siapa dia…?!
Ibu….
Perih dan kecewa kini tinggal cerita
Langkahku kembali ku rajut dengan senyuman
Ibu pahlawanku, ibu penyelamatku
Nadiku kembali berdenyut, menyebut namamu “ibu”
~_~
By: Martila Andinata