Bermimipi Menciptakan
Perubahan Positif
Obsesi pribadi unggul selalu
ingin melakukan perubahan dari hal-hal negatif, baik kondisi, perilaku, maupun
kebiasaan di masyarakat menjdi hal-hal yang positif. Perubahan tersebut bisa
berupa pikiran, perilaku, kebiasaan dan perbuatan. Ia tidak pernah puas dengan
apa yang disaksikannya sepanjang hal itu masih bisa dimaksimalkan lagi.
Misalnnya, tentang kebersihan lingkungan, jika masih ada kiat lain agar lebih
bersih lagi, dia selalu berupaya mengajak masyarakat di lingkungannya
meningkatkan kualitas kebersihan.
Begitu juga dalam hal
perbaikan moral masyarakat, termasuk kalangan remaja dan pemuda. Berangkat dari
kerisauan hatinya yang terdalam melihat terjadinya dekadensi moral, tergerak
untuk melakukan perubahan positif. Begitu juga dalam bidang pendidikan, kinerja
di perusahaan, semangat beragama, dan sebagainya.
Semuanya diupayakan selalu ada peningkatan kualitas dari waktu ke waktu.
Pribadi unggul selalu berupaya mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. Tidak ada
kepuasan yang dirasakan sebagai “puncak” prestasi kecuali jika berhasil
melakukan perubahan ke arah positif. Pribadi unggul tidak hanya puas menjadi
objek perubahan. Dia selalu ingin menjadi subjek dan pelaku perubahan. Dia
rancang dan ciptakan perubahan yang positif yang membawa kemaslahatan untuk
kepentingan orang banyak.
Bermimpi Menjadi Pemecah
Masalah
Dimanan saja selalu ada
persoalan. Terkadang sulit dipecahkan, kalau toh dicari jalan
keluar tetap saja buntu. Masalah semaakin rumit karena berbagai pihak mengambil
sikap dan posisi berlawanan. Dalam situasi seperti ini, dibutuhkan “wasiat”
agar persoalaan dapat terpecahkan. Pribadi unggul tampil dan berdiri ditengah.
Dia melakukan sharing pada pihak-pihak yang terlibat problem tersebut dan
berupaya mencari solusi terbaik. Dicaari pokok persoalan, ditarik garis
kesamaan, diurai pelan benang kusutnya, ditawarkan jalan kompromi terbaik, dan
diminta suara hati mereka menyampaikan aspirasi terdalam. Sikapnnya yang
netral, bersahaja, dan tidak menggurui, menyebabkan pihak yang bertikai menaruh
harapan agar persoalannya dicarikan jalan keluar.
Berbekal kecerdikannya,
secepat kilat ditemukan pemecahan masala. Dengan hati-hati dan kata-kata bijak
dilontarkan alternatif sebagai solusi. Kedua belah pihak didengar lagi suara
hatinya. Barulah diputuskan bersama dengan memilih alternatif terbaik.
Keputusan diikat dalam komitmen bersama sebagai keputusan kolektif, bukan
sepihak. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, pribadi unggul selalu ingin menjadi
pemecah masalah, sebab cara ini mengasyikkan baginya, setidaknya bisa membelah
kebuntuan yang terjadi di tengah masyarakat. Orang yakin atas kelebihannya
sehingga setiap kali ada persoalan selalu dicari sebagai penegah yang baik dan
adil.
Bermimpi Perilakunya Dicontoh
Orang Lain
Obsesi pribadi unggul secara
diam-diam ingin agar yang diperbuat menjadi contoh bagi orang lain. Ini
wajar-wajar saja, bukankah Maslow pernah
menyatakan, “kebutuhan akan penghargaan akan membuat seseorang menjadi
termotivasi sendiri”. Agar menjadi contoh bagi orang lain, maka hendaknya
menjadi orang yang terbaik. Dan keinginan menjadi tipe orang seperti ini
berarti dia ingin mendapat kkepuasan dari penghargaan tersebut. Kepuasan akan
maksimal jika diawali dengan niat yang benar, yakni niat untuk ibadah dan ingin
menjadi teladan, agar banyak orang mencontoh melakukan sesuatu yang baik. Agama
menegaskan, barang siapa memberi teladan lalu orang lain menirunya, maka orang
tersebut mendapat pahala dari yang menirunya.
Tentu saja, teladan dalam hal
ini sesuatu yang baik, misalnya teladan dalam semangat belajar, kesungguhan
kerja, kedisiplinan, ketepatan janji, budaya hidup bersih, sikap amanah
terhadap kepercayaan orang, dan sebagainya. Contoh seperti ini akan mengena dan
bersarang lama dibenak orang lain. Kata Prof. Dr. Hamka, orang baik meskipun
sudah meninggal terkesan masih hidup. Nasehatnya tetap dipakai orang, dan
karyanya tetap dikagumi. Berbeda dengan orang yang selalu memperlihatkan
perilaku jelek. Orang percaya meski sudah meniggal. Orang akan terkesan
kejelekan perilakunya, dan doanya pun tidak sedap jika kita dengar.
Bermimpi Menjadi Motor
Penggerak Kebaikan
Tidak semua orang ingin
menjadi orang terdepan dalam kebaikan. Yang banyak ingin menjadi “makmum”,
sikap ini lebih kecil resikonya ketimbang menjadi “imam”. Tetapi bagi peribadi
unggul apapun resiko menjadi motor penggerak kebaikan dianggap lumrah. Hal itu
sebagai konsekuensi logis menjadi lokomotif yang menarik gerbang umat. Diantara
resiko yang bakal dihadapi, mendapat cercaan, hinaan, cemooh, caci maki, dan
keritik pedas. Bisa jadi terror fisik dan mental datang juga. Semua itu bukan
hambatan tetapi cambuk untuk menggugah semangat seseorang dalam meningkatkan
kesungguhan menjadi orang terdepan.
Singkatnnya apapun resiko,
status menjadi penggerak kebaikan selalu diimpikan oleh peribadi unggul.
Sejarah mencatat sejumlah nama besar di negeri ini, dan baahkan dunia. Yaitu
mereka menjadi penggerak disuatu kaum atau bangsa. Kita bisa sebut nama Mahatma
Gandhi, tokoh satu ini namanya begitu harum di seantero dunia. Kesederhanaan
hidup dan ketekunannya menjadi “guru bangsa” dalam kebaikan, namanya terpatri
kuat di benak hati bangsa bahkan dimata dunia. Ada sekian deret nama besar
diberbagai pelosok negeri. Mereka berjasa menjadi motor penggerak kebaikan. Apa
yang dilakukan, selamanya dikenang. Usia jasanya lebih panjang ketimbang usia
yang sesungguhnya. Orangnya sudah meninggal, tetapi namanya tetap hidup dan
disebut orang.
Mimpi Menjadi Pemimpin yang
Bijaksana
Di benak pribadi unggul
selalu ingin menjadi yang terbaik. Termasuk jika ditakdirkan menjadi pemimpin,
obsesinya ingin menjadi pemimpin yang bijaksana. Pemimpin yang ingin
memanusiakan manusia, bisa ngayomi, manjadi pelindung, dan tempat curahan hati
orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang bijaksana tidak hanya bisa menyalahkan,
tetapi sekaligus mapu member petunjuk dan arahan menuju kesempurnaan. Ia bukan
hanya bisa memerintah, tetapi juga bisa menghargai karya. Ia bukan sekedar
tukang kritik, tetapi bisa memberi alternative sikap terbaik.
Pemimpin yang baik lebih
mengena di hati anak buahnya ketimbang yang otoriter. Dalam hal pengaruh
mungkin sama, misalnya sama-sama bisa melahirkan sikap patuh. Tetapi ada beda,
sikap patuh pada pemimpin bijak atas kesadaran dan merasa malu jika melanggar.
Tetapi pada kepemimpinan otoriter, sikap patuhnya karena takut dan di belakang
bisa nggrundel. Pribadi
unggul selalu bermimpi menjadi pemimpin yang bijaksana. Ini pilihan tepat karena
dalam tipe kepemimpinan ini tersimpan potensi luar biasa, yaitu bisa
menggerakkan orang lain tanpa dipaksa. Bisa mendorong orang lain berkarya tanpa
dipaksa, mampu menciptakan suasana kondusif tanpa rasa tertekan. Pemimpin
bijaksana biasanya melahirkan kesadaran mendalam di mata anak buahnya. Kalau
dia absen, anak buahnya tetap bekerja, sebab hal itu dilakukan bukan karena
rasa takut kepada pemimpinnya tetapi karena terpanggil oleh rasa tanggung jawab
yang mendalam.
Oleh:
Hendrik Zhemon Diantoro
Dikutip dari buku “The Best Personal”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Makasih.......