Jumat, 31 Mei 2013

Mimpi Seorang Pribadi Unggul





Bermimipi Menciptakan Perubahan Positif
Obsesi pribadi unggul selalu ingin melakukan perubahan dari hal-hal negatif, baik kondisi, perilaku, maupun kebiasaan di masyarakat menjdi hal-hal yang positif. Perubahan tersebut bisa berupa pikiran, perilaku, kebiasaan dan perbuatan. Ia tidak pernah puas dengan apa yang disaksikannya sepanjang hal itu masih bisa dimaksimalkan lagi. Misalnnya, tentang kebersihan lingkungan, jika masih ada kiat lain agar lebih bersih lagi, dia selalu berupaya mengajak masyarakat di lingkungannya meningkatkan kualitas kebersihan.
Begitu juga dalam hal perbaikan moral masyarakat, termasuk kalangan remaja dan pemuda. Berangkat dari kerisauan hatinya yang terdalam melihat terjadinya dekadensi moral, tergerak untuk melakukan perubahan positif. Begitu juga dalam bidang pendidikan, kinerja di perusahaan, semangat beragama, dan sebagainya. Semuanya diupayakan selalu ada peningkatan kualitas dari waktu ke waktu. Pribadi unggul selalu berupaya mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. Tidak ada kepuasan yang dirasakan sebagai “puncak” prestasi kecuali jika berhasil melakukan perubahan ke arah positif. Pribadi unggul tidak hanya puas menjadi objek perubahan. Dia selalu ingin menjadi subjek dan pelaku perubahan. Dia rancang dan ciptakan perubahan yang positif yang membawa kemaslahatan untuk kepentingan orang banyak.
Bermimpi Menjadi Pemecah Masalah
Dimanan saja selalu ada persoalan. Terkadang sulit dipecahkan, kalau toh dicari jalan keluar tetap saja buntu. Masalah semaakin rumit karena berbagai pihak mengambil sikap dan posisi berlawanan. Dalam situasi seperti ini, dibutuhkan “wasiat” agar persoalaan dapat terpecahkan. Pribadi unggul tampil dan berdiri ditengah. Dia melakukan sharing pada pihak-pihak yang terlibat problem tersebut dan berupaya mencari solusi terbaik. Dicaari pokok persoalan, ditarik garis kesamaan, diurai pelan benang kusutnya, ditawarkan jalan kompromi terbaik, dan diminta suara hati mereka menyampaikan aspirasi terdalam. Sikapnnya yang netral, bersahaja, dan tidak menggurui, menyebabkan pihak yang bertikai menaruh harapan agar persoalannya dicarikan jalan keluar.
Berbekal kecerdikannya, secepat kilat ditemukan pemecahan masala. Dengan hati-hati dan kata-kata bijak dilontarkan alternatif sebagai solusi. Kedua belah pihak didengar lagi suara hatinya. Barulah diputuskan bersama dengan memilih alternatif terbaik. Keputusan diikat dalam komitmen bersama sebagai keputusan kolektif, bukan sepihak. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, pribadi unggul selalu ingin menjadi pemecah masalah, sebab cara ini mengasyikkan baginya, setidaknya bisa membelah kebuntuan yang terjadi di tengah masyarakat. Orang yakin atas kelebihannya sehingga setiap kali ada persoalan selalu dicari sebagai penegah yang baik dan adil.
Bermimpi Perilakunya Dicontoh Orang Lain
Obsesi pribadi unggul secara diam-diam ingin agar yang diperbuat menjadi contoh bagi orang lain. Ini wajar-wajar saja, bukankah Maslow pernah menyatakan, “kebutuhan akan penghargaan akan membuat seseorang menjadi termotivasi sendiri”. Agar menjadi contoh bagi orang lain, maka hendaknya menjadi orang yang terbaik. Dan keinginan menjadi tipe orang seperti ini berarti dia ingin mendapat kkepuasan dari penghargaan tersebut. Kepuasan akan maksimal jika diawali dengan niat yang benar, yakni niat untuk ibadah dan ingin menjadi teladan, agar banyak orang mencontoh melakukan sesuatu yang baik. Agama menegaskan, barang siapa memberi teladan lalu orang lain menirunya, maka orang tersebut mendapat pahala dari yang menirunya.
Tentu saja, teladan dalam hal ini sesuatu yang baik, misalnya teladan dalam semangat belajar, kesungguhan kerja, kedisiplinan, ketepatan janji, budaya hidup bersih, sikap amanah terhadap kepercayaan orang, dan sebagainya. Contoh seperti ini akan mengena dan bersarang lama dibenak orang lain. Kata Prof. Dr. Hamka, orang baik meskipun sudah meninggal terkesan masih hidup. Nasehatnya tetap dipakai orang, dan karyanya tetap dikagumi. Berbeda dengan orang yang selalu memperlihatkan perilaku jelek. Orang percaya meski sudah meniggal. Orang akan terkesan kejelekan perilakunya, dan doanya pun tidak sedap jika kita dengar.
Bermimpi Menjadi Motor Penggerak Kebaikan
Tidak semua orang ingin menjadi orang terdepan dalam kebaikan. Yang banyak ingin menjadi “makmum”, sikap ini lebih kecil resikonya ketimbang menjadi “imam”. Tetapi bagi peribadi unggul apapun resiko menjadi motor penggerak kebaikan dianggap lumrah. Hal itu sebagai konsekuensi logis menjadi lokomotif yang menarik gerbang umat. Diantara resiko yang bakal dihadapi, mendapat cercaan, hinaan, cemooh, caci maki, dan keritik pedas. Bisa jadi terror fisik dan mental datang juga. Semua itu bukan hambatan tetapi cambuk untuk menggugah semangat seseorang dalam meningkatkan kesungguhan menjadi orang terdepan.
Singkatnnya apapun resiko, status menjadi penggerak kebaikan selalu diimpikan oleh peribadi unggul. Sejarah mencatat sejumlah nama besar di negeri ini, dan baahkan dunia. Yaitu mereka menjadi penggerak disuatu kaum atau bangsa. Kita bisa sebut nama Mahatma Gandhi, tokoh satu ini namanya begitu harum di seantero dunia. Kesederhanaan hidup dan ketekunannya menjadi “guru bangsa” dalam kebaikan, namanya terpatri kuat di benak hati bangsa bahkan dimata dunia. Ada sekian deret nama besar diberbagai pelosok negeri. Mereka berjasa menjadi motor penggerak kebaikan. Apa yang dilakukan, selamanya dikenang. Usia jasanya lebih panjang ketimbang usia yang sesungguhnya. Orangnya sudah meninggal, tetapi namanya tetap hidup dan disebut orang.
Mimpi Menjadi Pemimpin yang Bijaksana
Di benak pribadi unggul selalu ingin menjadi yang terbaik. Termasuk jika ditakdirkan menjadi pemimpin, obsesinya ingin menjadi pemimpin yang bijaksana. Pemimpin yang ingin memanusiakan manusia, bisa ngayomi, manjadi pelindung, dan tempat curahan hati orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang bijaksana tidak hanya bisa menyalahkan, tetapi sekaligus mapu member petunjuk dan arahan menuju kesempurnaan. Ia bukan hanya bisa memerintah, tetapi juga bisa menghargai karya. Ia bukan sekedar tukang kritik, tetapi bisa memberi alternative sikap terbaik.
Pemimpin yang baik lebih mengena di hati anak buahnya ketimbang yang otoriter. Dalam hal pengaruh mungkin sama, misalnya sama-sama bisa melahirkan sikap patuh. Tetapi ada beda, sikap patuh pada pemimpin bijak atas kesadaran dan merasa malu jika melanggar. Tetapi pada kepemimpinan otoriter, sikap patuhnya karena takut dan di belakang bisa nggrundel. Pribadi unggul selalu bermimpi menjadi pemimpin yang bijaksana. Ini pilihan tepat karena dalam tipe kepemimpinan ini tersimpan potensi luar biasa, yaitu bisa menggerakkan orang lain tanpa dipaksa. Bisa mendorong orang lain berkarya tanpa dipaksa, mampu menciptakan suasana kondusif tanpa rasa tertekan. Pemimpin bijaksana biasanya melahirkan kesadaran mendalam di mata anak buahnya. Kalau dia absen, anak buahnya tetap bekerja, sebab hal itu dilakukan bukan karena rasa takut kepada pemimpinnya tetapi karena terpanggil oleh rasa tanggung jawab yang mendalam.

Oleh:
Hendrik Zhemon Diantoro
Dikutip dari buku “The Best Personal”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makasih.......